Apa yang Ada di Kepalaku?
Namaku Aldo, aku kini
tengah berlibur di Pulau Dewata bersama rombongan sekolahku. Kami kini tengah
menuju salah satu pura di Desa Sangeh. Di perjalanan kami dijelaskan
tentang tempat itu oleh guide kami,
ternyata tempat itu berada di tengah hutan pala. “Wah ini pasti sangat
menyenangkan,”ucapku dalam hati.
Setelah sampai di
tempat itu, kami dijelaskan tentang apa yang dilarang dan boleh dilakukan.
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar, aku bersama teman teman langsung berangkat
masuk ke tempat itu, tetapi tentunya kami ditemani seorang guide,sebab bisa
bisa kami hilang di tengah hutan jika kami berjalan sendiri.
Sebelum masuk ke pintu
gerbang aku sudah mengeluarkan satu bungkus kacang karena guide kami telah
menjelaskan bahwa di tempat itu hidup segerombolan kera kera liar. Dan benar
saja, di pintu gerbang kami di sambut sekelompok kera yang tengah bersantai
seolah olah tengah menunggu kami.
Belum sempat kami
melemparkan kacang, guide kami mulai berbicara lagi, “Kalian boleh memberi
makan kera kera itu sepuasnya asalkan kalian tidak menyakitinya. Jangan sentuh
kera kera itu, jangan usil kepada mereka, ingat itu!”“Ada ada saja orang bali,
masuk ke tempat ini saja hanya untuk memberi makan kera masih ada saja
peraturannya. Yah… apa boleh buat ikuti sajalah,”gerutuku dalam hati. Setelah
guide kami menghentikan celotehannya, kami langsung melemparkan kacang kacang
yang sontak membuat para kera berlarian mengejar kacang yang berjatuhan.
Setelah bungkus kacang
terasa kosong, kami melanjutkan masuk ke pura. Di sana kami berhenti sejenak
dan diceritakan asal mula tempat ini. “Gak penting, lebih baik aku duduk
saja”ucapku dalam hati. Aku langsung duduk di salah satu anak tangga. Aku
meluruskan kakiku di sana. Beberapa temanku juga mengikutiku, yah mungkin
karena mereka juga sama sama capek setelah menempuh perjalanan jauh.
Kuperhatikan wilayah
sekitar tempat dudukku, di sana sangat asri sekali, banyak pohon yang tinggi
menjulang ke atas dan masih ada juga monyet yang berkeliaran. colekan-colekan
di punggung ku membubarkan lamunanku.” Ah mungkin cuma teman teman yang usil,”
aku cuek saja tak peduli. Tapi ada sesuatu yang aneh teman-teman yang duduk di
sebelahku mulai menjauh perlahan dengan wajah yang aneh seolah olah aku
menakutkan.Untuk yang kedua kalinya aku cuek saja, aku tetap duduk melepas
penat.
Entah kenapa colekan
colekan itu tetap ada dan menjalar perlahan menuju kepalaku. Seketika itu teman
teman menyebut namaku nyaris tak bersuara, “Aldo… Aldo…”. Aku yang bingung bertanya
menyerupai gaya mereka “Ada apa?”” Meraka menunjuk-nunjuk kepalaku. Aku semakin
bingung dan bertanya lagi dengan suara yang sama pelannya “ Ada apa di
kepalaku?”Kurasakan kepalaku semakin terasa berat. Mereka berkata kepadaku
tentang suatu hal, tapi aku tak bisa mendengarnya dengan jelas. “Jangan jangan
penunggu pure ini marah karena aku duduk sembarangan dan menduduki kepalaku,”gerutuku
dalam hati. Pikiran itu membuat aku semakin cemas.
Tiba tiba ada ekor
menjuntai di pipi kananku. Saat itu juga aku terkejut dan langsung bertanya
dengan nada lebih keras kepada temanku “Apa yang ada di kepalaku?” Mereka masih
menjawab dengan suara yang pelan. Aku kembali bertanya dengan nada ketakutan
“Apa yang ada di kepalaku?”“ M…M…OOO…NN…YY…EETT” kata mereka dengan terpatah-patah.Aku
langsung bangun perlahan dari tempat dudukanku. Dan mulai berteriak histeris,
namun aku mencoba untuk tetap tenang.
Guide yang mendengan
teriakanku langsung menghampiriku “Tenanglah duduklah perlahan nanti dia akan
turun sendiri”. Aku menuruti perintahnya, dan benar monyet itu langsung turun
dari kepalaku.
Setelah monyet itu
turun guide itu menjelaskan “ Jangan takut, kejadian seperti itu sudah biasa,
monyet itu tidak akan menyakitimu jika kamu tak menyakitinya. Malahan orang
orang banyak yang ingin dinaiki monyet sepertimu untuk berfoto”. “hahaha,”
teman temanku menertawaiku. “Diam itu gak lucu!” ucapku sebal. Tetepi
sebenarnya di dalam hati aku juga menertawai diriku sendiri. Kami pun
melanjutkan perjalanan kami.
No comments:
Post a Comment